Menjadi penulis konten itu bukan sekadar menulis. Ada banyak aspek yang perlu diperhatikan agar tulisan menarik, enak dibaca, dan bermanfaat.
Sayangnya, banyak pemula yang tanpa sadar melakukan kesalahan yang bisa menghambat perkembangan mereka. Berikut beberapa kesalahan umum yang sering terjadi dan cara menghindarinya.
Kesalahan Penulis Konten Pemula
Beberapa kesalahan ini bisa dihindari dengan lebih banyak latihan dan pemahaman yang lebih baik tentang cara menulis yang benar. Berikut adalah beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan penulis konten pemula dan cara menghindarinya.
1. Tidak Riset yang Cukup
Menulis tanpa riset bisa membuat konten terasa kosong dan kurang berbobot. Pembaca ingin mendapatkan informasi yang jelas dan akurat, bukan opini tanpa dasar. Jika tidak melakukan riset, ada risiko menyebarkan informasi salah yang bisa merusak kredibilitas.
Coba cari sumber tepercaya seperti jurnal, artikel ahli, atau situs resmi sebelum mulai menulis. Pastikan juga informasi yang digunakan masih relevan dan up-to-date. Tulisan yang didukung data dan fakta akan terlihat lebih meyakinkan.
Baca juga: Mengapa Anda Butuh Penulis Artikel untuk Membantu Bisnis Anda? Berikut 6 Alasannya!
2. Terlalu Fokus pada SEO, Mengabaikan Kualitas
SEO memang penting, tapi jangan sampai tulisan jadi kaku atau sulit dipahami hanya karena mengejar kata kunci. Beberapa penulis konten pemula sering memasukkan keyword secara berlebihan hingga tulisan terasa dipaksakan. Padahal, algoritma mesin pencari sekarang lebih mengutamakan konten yang alami dan berkualitas.
Lebih baik fokus pada pengalaman pembaca terlebih dahulu, baru optimasi SEO menyusul. Jika tulisan enak dibaca, pembaca akan bertahan lebih lama, dan itu juga bisa meningkatkan peringkat di mesin pencari.
3. Mengabaikan Target Pembaca
Menulis tanpa memahami siapa pembacanya bisa membuat konten jadi kurang efektif. Setiap pembaca punya kebutuhan dan cara berkomunikasi yang berbeda. Misalnya, tulisan untuk profesional tentu beda dengan tulisan untuk remaja.
Gunakan bahasa yang sesuai agar pesan tersampaikan dengan baik. Jika menulis terlalu formal untuk pembaca tipe santai, mereka bisa bosan. Sebaliknya, jika terlalu santai untuk pembaca profesional, tulisan bisa dianggap kurang kredibel.
4. Menulis Terlalu Panjang atau Pendek Tanpa Alasan Jelas
Panjang tulisan harus disesuaikan dengan tujuan dan topik. Jika terlalu pendek, informasi bisa terasa kurang lengkap. Jika terlalu panjang tanpa alasan yang jelas, pembaca bisa kehilangan minat di tengah jalan.
Buat tulisan yang padat dan langsung ke inti masalah. Gunakan subjudul, bullet points, atau paragraf pendek agar tulisan lebih nyaman dibaca. Kalau memang perlu panjang, pastikan setiap bagian tetap menarik dan relevan.
5. Tidak Mengedit dan Proofreading
Kesalahan kecil seperti typo atau kalimat yang kurang jelas bisa menurunkan kualitas tulisan. Banyak penulis konten pemula langsung menerbitkan tulisan tanpa membaca ulang. Padahal, proofreading itu penting untuk memastikan tulisan bebas dari kesalahan.
Cara terbaik adalah membaca ulang setelah beberapa jam atau keesokan harinya agar lebih objektif. Jika memungkinkan, minta orang lain membaca tulisan untuk mendapatkan masukan.
6. Menggunakan Gaya Bahasa yang Tidak Konsisten
Gaya bahasa harus sesuai dengan platform dan pembaca. Jika menulis blog santai, gunakan bahasa yang lebih ringan dan mengalir. Jika menulis artikel formal, gunakan bahasa yang lebih profesional. Jangan mencampur gaya bahasa tanpa alasan yang jelas.
Misalnya, menggunakan kata-kata baku lalu tiba-tiba menyisipkan slang bisa terasa janggal. Konsistensi penting agar tulisan terasa lebih nyaman dibaca dan tidak membingungkan.
7. Plagiarisme atau Kurang Orisinalitas
Menjiplak tulisan orang lain bukan hanya tidak etis, tapi juga bisa merusak reputasi sebagai penulis. Plagiarisme bisa terjadi secara sengaja maupun tidak sengaja, misalnya karena terlalu banyak menyalin dari sumber lain tanpa mengubah dengan gaya sendiri.
Jika perlu mengutip, pastikan memberi kredit ke sumbernya. Gunakan pemahaman sendiri untuk menjelaskan ulang informasi. Dengan begitu, tulisan jadi lebih unik dan punya nilai tambah.
8. Mengabaikan Call to Action (CTA)
Call to Action (CTA) adalah ajakan untuk melakukan sesuatu setelah membaca tulisan. Tanpa CTA, pembaca mungkin bingung harus berbuat apa selanjutnya. CTA bisa berupa ajakan untuk membaca artikel lain, mendaftar newsletter, membeli produk, atau berdiskusi di kolom komentar.
Letakkan CTA di tempat yang tepat, misalnya di akhir tulisan atau setelah poin penting. Jangan terlalu memaksa, buatlah ajakan yang terasa alami.
9. Tidak Memanfaatkan Format yang Mudah Dibaca
Paragraf panjang tanpa jeda bisa membuat pembaca cepat lelah. Gunakan subjudul, bullet points, dan kalimat pendek agar tulisan lebih nyaman dibaca.
Pemformatan yang baik juga bisa membantu pembaca menangkap informasi lebih cepat. Jangan lupa gunakan gambar atau infografis jika relevan. Semakin mudah dicerna, semakin besar kemungkinan pembaca bertahan sampai akhir.
10. Tidak Konsisten dalam Menulis
Menulis hanya sesekali bisa membuat perkembangan skill jadi lambat. Banyak penulis pemula kehilangan semangat setelah beberapa kali mencoba. Padahal, menulis itu butuh latihan terus-menerus agar semakin mahir.
Cobalah buat jadwal menulis yang konsisten, misalnya seminggu dua kali atau setiap hari. Dengan rutin menulis, kemampuan akan meningkat dan lebih mudah membangun pembaca setia.
Baca juga: Cara Mengembangkan Gaya Penulisan yang Unik sebagai Penulis Konten
Menjadi penulis konten yang baik butuh latihan dan perhatian pada detail. Hindari kesalahan-kesalahan di atas agar tulisan lebih menarik, profesional, dan efektif.
Terus belajar, perbaiki kekurangan, dan jangan ragu mencoba hal baru. Dengan konsistensi, kualitas tulisan akan meningkat, dan peluang sukses sebagai penulis konten pun semakin besar.
Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!
0 comments
Apa pendapat Anda?