PENULISKONTEN.ID - Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika mendengar tentang startup culture atau budaya startup? Apakah yang terlintas dalam pikiran Anda adalah keramaian dan hiruk pikuk di lingkungan kerja, waktu kerja yang fleksibel, banyak karyawan gelisah, atau diskusi dadakan tentang strategi bisnis?
Tidak salah sepenuhnya sih. Fungsi dan cara bekerja startup memang berbeda dengan perusahaan besar. Pengusaha yang membangun startup biasanya ingin berkembang cepat dengan sumber daya mereka yang terbatas. Mereka percaya pada ide-ide mereka dan membentuk budaya kerja yang dinamis, di mana semua orang berfokus untuk mencapai tujuan yang sama.
Memang, dalam membangun usaha, pemilik usaha harus yakin akan apa yang mereka miliki dan apa yang mereka lakukan, dan bagaimana bisa memanfaatkannya dengan baik. Dan itu terlihat dalam proses kerja startup.
Sebuah startup berkembang dengan budaya kerja mereka yang serba cepat. Ini membuat perusahaan memahami dan mendapatkan manfaat dari metode manajemen mereka.
Berikut ini lima hal yang dapat dipelajari dari startup culture atau budaya startup
1. Pembelajaran berkelanjutan
Anda sering melihat generasi milenial mengklaim memiliki peluang belajar yang besar dalam startup. Bahkan minat untuk bisa bekerja di startup demikian besar, mengalahkan minat untuk bekerja di perusahaan konvensional yang mapan.
Hal tersebut tak salah sama sekali. Anda mendapatkan kesempatan untuk mencoba dan mengembangkan keterampilan baru dalam budaya kerja startup dan juga mengimplementasikannya.
Keterampilan dan skill memang hanya bisa didapatkan dari pelatihan, pengembangan, dan pengalaman.
Hal ini dapat dilihat saat karyawan mulai bekerja di startup, pihak perusahaan akan segera memberikan banyak pelatihan. Namun, sangat penting untuk dicatat bahwa pelatihan juga merupakan proses yang berkelanjutan dan tidak pernah berakhir. Untuk mengikuti ide, inovasi, dan teknologi yang terus berkembang, Anda perlu mengadopsi budaya belajar.
Menurut laporan Deloitte 2017, CEO perusahaan tersebut mengungkapkan bahwa perusahaan mereka menghadapi perubahan yang mengganggu karena evolusi digital. Selain itu 70% mengatakan bahwa mereka tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk beradaptasi.
Meskipun tampaknya sedikit mengejutkan, tapi sebenarnya ini sudah terbukti. Saat pandemi, banyak hal harus segera diadaptasikan. Salah satunya secara digital, dan tak semua perusahaan siap kan?
Meskipun demikian, bukan berarti perusahaan konvensional tidak mendorong pelatihan keterampilan pada karyawan. Mereka memang memiliki program pembelajaran, tetapi sering membatasi sampai onboarding atau beberapa tahun awal karyawan baru saja. Padahal,, dengan mempelajari keterampilan baru akan membantu keberlanjutan dan membuat perusahaan itu sendiri tetap eksis.
2. Lincah
Perusahaan startup memiliki budaya gesit dan dinamis. Mereka memahami pasar yang berubah dengan cepat, kompleksitas teknologi baru, peraturan, dan kompetitor. Mereka bergerak seiring dengan perubahan dan mampu mengakomodasi diri mereka sendiri dengan tren terbaru.
Globalisasi dalam dunia bisnis membuat kelincahan harus menjadi salah satu fokus utama bagi perusahaan, baik itu perusahaan besar atau startup. Beberapa contoh yang dahulu memimpin sektornya adalah Kodak, BlackBerry, dan Ericsson. Akan tetapi, saat ini perusahaan-perusahaan tersebut bukanlah pemimpin lagi. Kodak, BlackBerry dan Ericsson masih beroperasi namun popularitasnya tidak seperti dulu. Alasan utama mengapa hal tersebut dapat terjadi yaitu karena mereka gagal dalam beradaptasi atau menyesuaikan produk, layanan dan strategi bisnis mereka sesuai dengan preferensi konsumen yang semakin berkembang.
3. Membuka potensi karyawan
Startup selalu berusaha mengelilingi diri mereka dengan orang-orang yang mendukung inovasi tanpa henti.
Oleh sebab itu mereka lebih menyukai karyawan yang kreatif dan mau bekerja keras untuk mewujudkan tujuan bersama.
Hal yang menjadi ciri khas startup adalah efisiensi sumber daya manusia. Kebanyakan karyawannya tidak banyak, dan saling merangkap jabatan, sehingga dituntut untuk memberi kontribusi yang cukup besar.
Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri, dan membuat siapa pun yang terlibat di dalamnya seperti ditantang terus menerus.
Bagi beberapa orang, tantangan memang sangat dibutuhkan. Tantangan membuat mereka semakin semangat bekerja, dan memicu mereka untuk berkembang tanpa batas.
Hal yang seperti ini seharusnya bisa dicontoh dari startup culture.
4. Transparansi
Transparansi adalah elemen penting dari budaya perusahaan startup. Setiap sumber dayanya sangat menyadari posisi satu sama lain dan job desc seperti apa yang menjadi tugas mereka.
Interaksinya bebas, dan terbuka. Startup pada umumnya percaya bahwa sudah sewajarnya setiap orang harus tahu, masalah apa yang sedang dihadapi oleh perusahaan, sehingga setiap individu bisa berkontribusi dan memberikan ide solusi.
Inilah yang menjadi ciri khas startup.
5. Budaya Kerja yang Serbacepat
Kerja cepat adalah aspek penting lain dari budaya startup.
Startup percaya bahwa dalam bekerja itu, kita harus cepat. Karena waktu adalah investasi, yang bisa jadi menimbulkan risiko jika gagal dikelola dengan baik. Tak ada waktu untuk menunda pekerjaan.
Demikian beberapa startup culture atau budaya startup yang bisa menjadi contoh, dan seharusnya ikut diimplementasikan oleh bisnis dan perusahaan lain juga.
Bayangkan, betapa berkembangnya industri kita jika semua perusahaan punya budaya yang sama.
Anda juga tertarik untuk mengadopsi budaya startup ini dalam bisnis Anda? Bisnis kecil Anda juga bisa lo, dikelola dengan cara ala startup seperti ini. Anda hanya perlu memikirkan strateginya dengan baik.
Agar Anda bisa berkonsentrasi membentuk budaya kerja dalam perusahaan atau bisnis Anda, percayakan strategi marketing digital Anda pada PenulisKonten.id.
Silakan email kami, ataupun menghubungi kami via WhatsApp.
0 komentar
Apa pendapat Anda?