Penulis Konten
  • Home
  • Artikel
    • Strategi Konten
    • Digital Marketing
    • Bisnis
    • Social Media Marketing
    • Branding
    • Menulis Buku
  • Klien
    • SEO Strategies
    • Content Writing
    • Social Media Marketing
    • Ghost Writing
    • Branding
  • Portofolio
    • Konten
    • Buku
    • Marketing Kit
    • Speaker/mentor
  • Tentang Kami

Tentang Kami

Services

Kontak Kami

Menulis Headline yang Menarik: Rahasia Copywriting yang Efektif

Pernah scroll media sosial atau baca artikel, lalu langsung tertarik cuma gara-gara judulnya? Nah, itu kekuatan dari headline yang ditulis dengan tepat. Cara menulis headline yang menarik ternyata nggak sesederhana kelihatannya. Butuh pemahaman, strategi, dan sedikit trik agar bisa bikin orang berhenti dan mau lanjut baca. 

Dalam dunia copywriting, headline adalah pintu pertama yang harus bisa bikin orang tertarik masuk. Kalau dari awal sudah kurang menggoda, isi sebagus apa pun bisa dilewatkan begitu saja.

Cara Menulis Headline yang Efektif

Menulis Headline yang Menarik: Rahasia Copywriting yang Efektif

Bayangkan sebuah toko dengan etalase biasa saja—orang mungkin lewat tanpa melirik. Tapi kalau tampilannya mencolok, beda cerita. 

Begitu juga dengan tulisan. Headline yang tepat bisa jadi alat paling ampuh untuk mencuri perhatian. Dan di balik itu semua, ada teknik-teknik menulis headline sederhana yang bisa dipelajari siapa saja. 

Bukan cuma untuk penulis profesional, tapi juga buat siapa pun yang pengin bikin tulisannya lebih kuat dan efektif.

1. Gunakan Angka atau Fakta Spesifik

Angka selalu berhasil menarik perhatian karena sifatnya yang konkret. Orang cenderung penasaran kalau tahu ada jumlah tertentu yang akan dibahas. 

Misalnya, dibanding judul “Cara Membuat Headline Menarik”, versi “7 Langkah Membuat Headline Menarik” terasa lebih jelas. Pembaca bisa membayangkan apa saja isi di dalamnya. 

Selain itu, angka menciptakan ekspektasi. Judul jadi terasa lebih rapi dan terstruktur. 

Bisa juga dipakai untuk memberi kesan cepat dan praktis. Misalnya: “5 Detik Bikin Judul yang Menjual”. Ini cocok banget buat konten yang sifatnya edukatif atau tip.

Baca juga: Cara Mengembangkan Gaya Penulisan yang Unik sebagai Penulis Konten

2. Tawarkan Manfaat yang Jelas

Kalau pembaca nggak langsung tahu manfaatnya, kemungkinan besar mereka skip. Judul yang bagus harus bisa menjawab satu pertanyaan: “Apa untungnya buat gue?” 

Misalnya: “Cara Bikin Judul yang Bikin Orang Klik” jelas lebih menarik daripada “Teknik Dasar Menulis Headline”. Manfaat harus terasa langsung dan relevan. Kalau bisa, manfaat itu juga menyelesaikan masalah pembaca. Ini yang bikin mereka mau lanjut baca. 

Jangan terlalu abstrak atau teknis. Semakin jelas manfaatnya, semakin besar peluang kontennya dibaca.

3. Bangkitkan Rasa Penasaran

Kadang pembaca butuh alasan buat klik, dan rasa penasaran bisa jadi pemicunya. Gunakan kata-kata seperti “ternyata”, “rahasia”, “jarang diketahui”, atau “tidak banyak yang tahu”. Tapi pastikan tetap sesuai isi, jangan cuma clickbait. 

Misalnya: “Rahasia Headline yang Selalu Dibuat Copywriter Andal”. Judul seperti itu bikin orang ingin tahu apa sih rahasianya. Rasa penasaran itu mendorong pembaca untuk cari tahu lebih lanjut.

Tapi tetap jaga janji headline supaya nggak mengecewakan. Jangan bikin pembaca merasa tertipu setelah buka isi artikelnya.

4. Gunakan Bahasa yang Dekat dengan Audiens

Setiap audiens punya gaya bahasa yang beda. Headline untuk remaja tentu beda dengan headline buat profesional. Kalau targetnya anak muda, bisa pakai bahasa yang santai tapi tetap sopan. Untuk pembaca yang lebih serius, hindari bahasa terlalu santai atau terlalu teknis. 

Kuncinya adalah empati. Bayangkan sedang ngobrol dengan mereka, lalu tulis headline yang kira-kira mereka pahami. Hindari istilah yang terlalu ribet. Yang penting, pesannya sampai dan enak dibaca. Bahasa yang tepat bikin pembaca merasa kontennya relevan buat mereka.

5. Berikan Urgensi atau Tekankan Masalah

Judul yang menunjukkan urgensi bisa membuat pembaca merasa harus segera tahu isinya. Misalnya, “Jangan Lagi Bikin Judul Seperti Ini Kalau Nggak Mau Kontennya Sepi”. Judul seperti ini memunculkan rasa cemas kecil yang memancing rasa ingin tahu. 

Bisa juga dengan cara menunjukkan masalah nyata yang mereka alami. Misalnya: “Kenapa Judul Kamu Selalu Gagal Menarik Perhatian?” Ini membantu pembaca merasa dilihat dan dipahami. 

Mereka jadi lebih mungkin membaca karena merasa ada solusi. Tapi tetap hindari nada yang menggurui. Tawarkan solusi dengan nada yang ramah.

6. Cocokkan dengan Tujuan Konten

Headline bukan cuma soal menarik, tapi juga harus nyambung dengan isi. Kalau isi artikelnya edukatif, jangan pakai judul yang sensasional tapi nggak relevan. Clickbait boleh saja dipakai sesekali, asal tetap jujur. 

Yang penting, apa yang dijanjikan di judul benar-benar ada di dalam artikel. Ini penting untuk membangun kepercayaan pembaca. Apalagi kalau kamu bikin konten secara rutin. Konten yang sesuai janji headline juga punya peluang lebih besar untuk dibagikan. Jadi, pastikan judul dan isi sejalan.

Baca juga: Langkah Membuat Struktur Artikel yang Menarik Agar Mudah Dibaca dan Dibagikan

Cara menulis headline yang menarik memang bukan sekadar merangkai kata. Ada logika, rasa, dan strategi yang perlu dipikirkan supaya bisa benar-benar “kena” di pembaca. 

Tapi begitu tahu polanya, menulis headline bukan lagi beban—malah bisa jadi bagian paling seru dari proses menulis. Judul yang tepat bisa membuka jalan ke pembaca yang tepat juga. Dan dari situlah semua bisa dimulai: keterlibatan, interaksi, sampai aksi.

Review Blog


Kalau masih bingung apakah judul-judul di blog sudah cukup menarik atau belum, bisa banget diskusi bareng lewat sesi review blog. Kadang kita cuma butuh sudut pandang luar untuk lihat apa yang perlu diperbaiki. Termasuk dalam hal sekecil tapi sepenting cara menulis headline. Kalau tertarik, bisa klik di sini untuk booking sesi review-nya.


Menulis Buku Nonfiksi Tanpa Latar Belakang Penulis

Menulis buku nonfiksi sering kali dianggap butuh latar belakang khusus—entah itu akademis, profesi, atau pengalaman jadi penulis sebelumnya. Padahal kenyataannya, banyak buku bagus justru lahir dari orang-orang biasa yang punya cerita kuat, pengalaman unik, atau pengetahuan praktis yang jarang dibahas. 

Yang penting bukan siapa yang nulis, tapi apa yang ditulis dan seberapa besar dampaknya buat pembaca.

Kalau pernah punya keinginan buat menuangkan ide atau pengalaman ke dalam buku, tapi merasa tak cukup ‘pantas’ karena bukan penulis atau ahli di bidang tertentu, mungkin waktunya untuk mengubah cara pandang. 

Buku nonfiksi enggak selalu harus berat dan kaku. Justru tulisan yang datang dari pengalaman nyata bisa terasa lebih jujur dan dekat.

Menulis Buku Nonfiksi Tanpa Latar Belakang Penulis

Menulis Buku Nonfiksi Tanpa Latar Belakang Penulis

Kalau sudah mantap ingin mulai menulis buku nonfiksi tapi masih bingung harus mulai dari mana, tenang dulu. Prosesnya bisa dipecah jadi langkah-langkah sederhana yang mudah diikuti, bahkan tanpa pengalaman menulis sebelumnya. 

Menulis buku nonfiksi enggak harus ribet. Yang penting tahu dulu arah dasarnya dan paham alur kerjanya. Berikut ini beberapa langkah praktis yang bisa dijadikan panduan supaya proses menulisnya lebih terarah dan terasa lebih ringan.

1. Tentukan Masalah atau Topik yang Ingin Diangkat

Langkah pertama adalah menentukan isi besar buku. Jangan buru-buru mikirin judul atau gaya bahasa. Fokus dulu ke pertanyaan: apa sih yang mau dibahas? 

Ambil dari pengalaman sendiri, keresahan yang sering dirasakan, atau ilmu yang sering ditanyakan orang. Misalnya, sering bantu orang atur keuangan, bisa jadi buku soal budgeting. Atau pernah berjuang lawan penyakit, bisa jadi buku inspirasi dan panduan. 

Tak harus pintar banget. Cukup paham dan pernah menjalani. Pembaca biasanya lebih tertarik sama yang relate, bukan yang rumit. Jadi, cari satu topik yang paling kuat dan punya potensi memberi nilai buat orang lain.

Baca juga: Pentingnya Riset Mendalam untuk Membuat Konten Berkualitas

2. Perjelas Tujuan Buku

Banyak yang mulai menulis buku nonfiksi tanpa tahu tujuan bukunya. Akhirnya, isinya ke mana-mana. 

Sebelum mulai nulis, pastikan dulu: Buku ini pengin bantu siapa? Dan bantu dalam hal apa? Misalnya, mau bantu ibu rumah tangga bikin usaha rumahan. Atau bantu fresh graduate cari kerja. 

Tujuan ini akan jadi pegangan selama proses menulis. Jadi setiap kali bingung, tinggal balik ke tujuan. Kalau buku punya arah yang jelas, pembaca juga akan lebih gampang menangkap maksudnya. Dan buku akan terasa utuh dari awal sampai akhir. Tujuan juga bikin proses nulis lebih terarah dan enggak bikin cepat menyerah di tengah jalan.

3. Rancang Outline Buku

Outline itu semacam kerangka. Isinya daftar poin-poin yang mau dibahas. Enggak harus langsung lengkap. Mulai saja dari bab pertama sampai akhir, cukup dalam bentuk poin atau pertanyaan. 

Misalnya: Bab 1 – Kenapa Topik Ini Penting? Bab 2 – Masalah Umum yang Dihadapi, dan seterusnya. 

Outline ini bikin menulis buku nonfiksi jadi lebih ringan, karena enggak harus mikir dari nol tiap kali buka laptop. Selain itu, outline bantu mengecek apakah alur bukunya sudah enak atau masih lompat-lompat. 

Kalau belum biasa nulis panjang, outline akan sangat ngebantu. Bahkan kalau pun nanti pakai bantuan editor, outline bikin proses penyusunan jadi lebih efisien.

4. Tulis dengan Gaya Bahasa Sendiri

Banyak yang berpikir menulis buku nonfiksi itu harus pakai bahasa baku yang kaku. Padahal enggak. Justru buku nonfiksi yang enak dibaca itu biasanya pakai bahasa sehari-hari yang ringan dan mengalir. 

Gaya bahasanya cukup sopan tapi tetap santai. Bayangkan seperti lagi mengobrol saja. Enggak perlu banyak istilah rumit, kecuali kalau memang dibahas juga artinya. 

Fokus ke cara menyampaikan ide biar gampang dimengerti. Boleh banget kasih jeda, pakai kalimat pendek-pendek. Jangan memaksa pakai bahasa yang tak biasa dipakai sendiri. Pembaca bisa merasa lebih dekat kalau tulisannya terasa alami.

5. Sisipkan Cerita dan Contoh Nyata

Tulisan tanpa contoh atau cerita biasanya susah nyantol di kepala. Jadi, penting banget untuk menyisipkan kisah nyata atau pengalaman pribadi. Bisa juga pakai cerita orang lain yang relevan. 

Misalnya lagi bahas cara mengatur waktu, kasih contoh nyata dari rutinitas yang dijalani. Kalau lagi bahas pengeluaran, bisa kasih ilustrasi angka yang sederhana. Cerita dan contoh ini bikin pembaca lebih kebayang. 

Bukan sekadar teori, tapi ada gambaran nyata yang bisa diikuti. Selain itu, cerita juga bikin buku nonfiksi lebih hidup. Enggak kaku dan enggak terasa seperti baca makalah.

6. Revisi dan Perbaiki

Setelah draf selesai, jangan langsung puas. Tahap revisi itu krusial. 

Di sini, kamu bisa baca ulang, perbaiki bagian yang janggal, atau buang yang gak perlu. Kadang pas menulis buku nonfiksi, kita enggak sadar ada bagian yang diulang, atau kalimatnya muter-muter. 

Revisi bikin isi buku jadi lebih padat, jelas, dan enak dibaca. Baca keras-keras juga bisa bantu mengecek alur kalimatnya. Kalau pas dibaca terdengar janggal, berarti perlu diubah. 

Jangan takut potong tulisan. Lebih baik ringkas tapi bisa menempel di kepala, daripada panjang tapi bikin bosan. Kalau perlu, minta orang lain buat bantu baca juga. Masukan dari luar bisa sangat membantu.

7. Jangan Takut Minta Bantuan Profesional

Kalau belum pernah menulis buku nonfiksi sebelumnya, wajar kalau bingung di tengah jalan. Bisa mentok ide, ragu sama tulisan sendiri, atau bingung soal penerbitan. Di sinilah bantuan dari mentor atau konsultan bisa sangat berarti. 

Konsultasi penulisan buku bisa bantu dari tahap awal sampai akhir. Mulai dari menyusun ide, bikin outline, review tulisan, sampai siap terbit. Semua prosesnya didampingi, jadi lebih tenang dan enggak jalan sendirian. 

Layanan konsultasi penulisan buku dari Penulis Konten cocok banget buat yang pengin nulis buku tapi masih ragu. Dengan pendampingan, buku bisa selesai lebih cepat dan lebih terarah.

Baca juga: Bagaimana Menentukan Target Pembaca untuk Website Bisnis?

Menulis buku nonfiksi bukan cuma milik mereka yang sudah punya nama atau gelar tertentu. Siapa pun bisa mulai, asal tahu cara menyusunnya dan punya semangat buat berbagi isi kepala. Gak masalah kalau belum pernah nulis sebelumnya. Yang penting berani menuangkan ide, terbuka untuk belajar, dan tahu kapan harus minta bantuan.


Jasa Konsultasi Penulisan Buku Nonfiksi


Butuh pendampingan biar buku impian bisa benar-benar jadi nyata? Klik di poster atau langsung di sini untuk booking layanan konsultasi penulisan buku.

 

Cara Riset Tren untuk Menemukan Topik yang Sedang Populer

Cari ide konten yang segar memang nggak selalu mudah. Kadang sudah memutar otak, tetap saja mentok. Di sinilah pentingnya tahu cara riset tren. Dengan tahu apa yang sedang ramai dibicarakan, peluang untuk bikin konten yang relevan dan menarik jadi lebih besar.

Tapi, riset tren bukan soal ikut-ikutan semata. Ada proses yang perlu dijalani supaya hasilnya benar-benar berguna. Kalau bisa dilakukan dengan tepat, tren bisa jadi pintu masuk ke topik-topik yang relevan, relate, dan punya potensi viral.

Cara Riset Tren untuk Topik Konten

Cara Riset Tren untuk Menemukan Topik yang Sedang Populer

Supaya bisa menemukan topik yang tepat, perlu langkah-langkah yang jelas dan terarah. Cara riset tren yang baik bukan soal feeling semata, tapi soal memanfaatkan data dan membaca situasi. 

Nah, di bawah ini ada beberapa metode praktis yang bisa dilakukan untuk menggali topik yang sedang ramai, dan tentunya sesuai dengan kebutuhan pembaca.

1. Gunakan Google Trends

Google Trends bisa bantu lihat topik apa yang lagi ramai dicari. Cukup buka situsnya, lalu ketik kata kunci yang relevan. Misalnya, ketik “kuliner” atau “desain rumah”. Nanti bakal muncul grafik minat orang dari waktu ke waktu. Bisa juga lihat topik yang populer di wilayah tertentu.

Pakai fitur “Trending Now” kalau mau tahu pencarian yang lagi naik hari ini. Cocok buat cari ide konten yang masih hangat dan belum basi.

Baca juga: Cara Menentukan Topik yang Relevan dan Menarik untuk Konten

2. Manfaatkan Media Sosial

Media sosial itu tempat paling cepat buat lihat tren. Coba buka X (Twitter), TikTok, Instagram, atau YouTube. Lihat hashtag yang sering dipakai, video yang lagi FYP, atau tweet yang banyak dibahas.

TikTok punya fitur Creative Center. Di sana bisa cek topik, suara, atau produk yang lagi ngetren. YouTube juga punya halaman Trending. Dari situ bisa kelihatan tema video yang lagi ramai.

3. Gunakan Tools SEO seperti Ahrefs, Ubersuggest, atau SEMrush

Kalau mau yang lebih terukur, tools SEO bisa bantu banget. Masukkan kata kunci umum, nanti muncul banyak ide turunan. Bisa kelihatan juga jumlah pencariannya.

Pilih kata kunci yang tren pencariannya lagi naik. Jadi bukan cuma banyak dicari, tapi juga sedang tumbuh. Itu tanda kalau topiknya punya potensi besar buat dikembangkan.

4. Cek Forum dan Komunitas Online

Forum online kayak Reddit, Quora, dan Kaskus sering jadi tempat orang curhat, nanya, atau diskusi. Di situ bisa kelihatan langsung apa yang lagi jadi perhatian banyak orang.

Lihat kategori atau thread yang ramai. Cek juga pertanyaan yang sering diulang. Biasanya, dari satu pertanyaan bisa berkembang jadi banyak ide topik yang relevan.

5. Pantau Pesaing atau Media Populer

Lihat juga apa yang sedang dibahas pesaing atau media lain. Cek blog atau portal yang satu niche. Perhatikan konten yang baru tayang dan sudah ramai komentar atau dibagikan.

Bisa juga pakai BuzzSumo untuk lihat artikel yang punya performa tinggi di media sosial. Dari situ, bisa tahu mana topik yang memang menarik dan berpotensi viral.

6. Perhatikan Kalender Momen dan Event Terkini

Tren juga sering datang dari momen musiman atau event besar. Misalnya Ramadan, hari-hari peringatan seperti Hari Museum, Hari Buku, dan sebagainya. Lalu ada momen tahun ajaran baru, pemilu, konser, atau serial film yang baru rilis.

Punya kalender momen bisa bantu merencanakan konten dari jauh-jauh hari. Jadi nggak cuma ikut tren, tapi juga bisa siap lebih awal dari yang lain.

7. Gunakan Google Search Suggest dan People Also Ask

Pas lagi ngetik sesuatu di Google, perhatikan saran otomatis yang muncul. Itu semua berdasarkan apa yang sering dicari orang.

Scroll juga ke bagian “Orang juga bertanya”. Dari situ, bisa dapat insight soal pertanyaan-pertanyaan umum yang masih relevan dan bisa dijawab lewat konten.

8. Gabungkan Data dan Lakukan Analisis Cepat

Setelah mengumpulkan semua informasi dari berbagai sumber, waktunya bandingkan. Lihat mana topik yang paling sering muncul, punya tren naik, dan belum terlalu banyak dibahas.

Fokus pada topik yang relevan sama target audiens. Jangan lupa cek juga apakah kontennya bisa dikembangkan jadi bahasan panjang, video, atau bahkan konten berseri.

Baca juga: 3 Cara Memilih Topik Artikel yang Pasti Dibaca Orang!

Cara riset tren yang tepat bisa jadi pembeda antara konten yang tenggelam dan konten yang ramai diperbincangkan. Dengan tahu apa yang sedang hangat, proses bikin konten jadi lebih terarah dan relevan. 

Tapi tetap ingat, tren cuma pintu masuk. Isi dan sudut pandang yang dibawa tetap harus kuat dan punya nilai. Jadi, setelah tahu caranya, tinggal bagaimana memanfaatkannya dengan cerdas dan konsisten.

Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!


Strategi Konten: Menjaga Konsistensi Produksi di Tengah Deadline Ketat

Strategi konten bukan cuma soal bikin ide lalu langsung dieksekusi. Di balik setiap konten yang rutin terbit, ada perencanaan yang rapi dan sistem kerja yang tertata. 

Apalagi kalau harus tetap konsisten di tengah tumpukan deadline yang datang terus-menerus. Tanpa strategi yang pas, produksi bisa berantakan dan kualitas konten ikut turun.

Strategi Konten agar Konsisten

Strategi Konten: Menjaga Konsistensi Produksi di Tengah Deadline Ketat

Menjaga ritme kerja biar tetap stabil memang bukan hal mudah. Ada banyak tantangan yang muncul, mulai dari keterbatasan waktu, ide yang mandek, sampai revisi yang tak kunjung selesai. Tapi dengan pendekatan strategi konten yang tepat, semua itu tetap bisa diatur dengan tenang dan terukur.

1. Buat Kalender Konten yang Realistis

Kalender konten bukan cuma alat buat menandai tanggal tayang. Tapi juga jadi panduan kerja yang harus sesuai kapasitas tim. Kalau tim kecil, jangan paksa produksi konten setiap hari. Lebih baik konsisten seminggu dua kali daripada maksa tiap hari tapi keteteran.

Di dalam kalender, bukan cuma ada tanggal publish, tapi juga ada tahapan produksi. Mulai dari riset, penulisan, editing, sampai jadwal revisi. Tambahkan juga waktu kosong untuk jaga-jaga kalau ada revisi mendadak. Jadi, produksi tetap jalan tanpa bikin stres.

Baca juga: 5 Langkah Membuat Content Strategy yang Efektif

2. Gunakan Template dan Format Tetap

Template bikin kerja lebih ringan karena gak perlu mikir struktur dari awal. Misalnya, semua artikel bisa pakai pola pembuka – poin-poin – penutup. Untuk video, bisa pakai urutan hook – isi – call to action.

Dengan format tetap, proses produksi jadi lebih efisien. Apalagi kalau kerja bareng tim. Semua orang tahu pola yang dipakai, jadi lebih mudah kolaborasi. Editing juga lebih cepat karena gak perlu banyak penyesuaian.

3. Manfaatkan Konten Evergreen

Konten evergreen adalah konten yang tetap relevan dalam waktu lama. Misalnya, panduan dasar, penjelasan istilah, atau tutorial umum. Konten jenis ini bisa dibuat jauh-jauh hari karena gak terpengaruh tren atau momen.

Simpan beberapa konten evergreen dalam bentuk draf siap tayang. Jadi saat lagi sibuk atau tim kehabisan ide, tinggal pakai cadangan ini. Konsistensi tetap terjaga tanpa harus buru-buru bikin konten baru.

4. Buat Sistem Editorial yang Terstruktur

Kalau tim sudah mulai lebih dari satu orang, sistem kerja harus jelas. Siapa yang riset, siapa yang nulis, siapa yang edit, siapa yang upload. Semua peran harus punya timeline masing-masing biar gak tabrakan.

Penting juga buat mencatat semua progress. Bisa pakai Google Sheet, Trello, atau Notion. Dengan begitu, semua tahu apa yang sudah selesai dan apa yang masih dalam proses. Produksi konten pun jalan lebih mulus dan rapi.

5. Gunakan Bank Ide Konten

Kadang ide itu datangnya pas lagi santai, bukan pas dikejar deadline. Makanya, setiap ada ide konten, langsung catat. Kumpulkan di satu tempat, bisa di catatan ponsel, board Trello, atau spreadsheet sederhana.

Kalau bank ide ini terus diisi, proses produksi jadi lebih cepat. Saat butuh konten, tinggal ambil dari daftar. Gak perlu mikir keras dari nol. Ini sangat membantu terutama di minggu-minggu sibuk.

6. Batching Pekerjaan

Batching itu artinya mengelompokkan pekerjaan sejenis dalam satu waktu. Misalnya, semua naskah untuk minggu depan ditulis dalam dua hari. Hari berikutnya khusus buat editing, lalu layout dan publish di hari lain.

Cara ini bikin kerjaan lebih fokus. Gak capek bolak-balik antara nulis, edit, dan mikir desain dalam satu hari. Otak bisa kerja lebih maksimal kalau difokuskan ke satu jenis tugas dalam satu waktu.

7. Evaluasi dan Revisi Secara Berkala

Strategi konten yang efektif sekarang belum tentu cocok selamanya. Jadi, penting banget buat evaluasi rutin. 

Misalnya, tiap akhir bulan luangkan waktu buat cek performa. Apakah semua jadwal bisa ditepati? Apakah tim mulai kewalahan?

Kalau ada yang bikin kerjaan mandek, langsung perbaiki. Bisa jadi perlu kurangi frekuensi tayang atau tambah orang di tim. Evaluasi bikin strategi konten tetap relevan dan konten tetap konsisten tanpa bikin burnout.

Baca juga: Step by Step Cara Membuat Artikel yang Menarik Untuk Dibaca

Strategi konten yang tepat bisa jadi penopang utama saat tekanan kerja datang bertubi-tubi. Bukan hanya membantu menjaga alur produksi tetap lancar, tapi juga mencegah tim kehabisan tenaga di tengah jalan. 

Konsistensi bukan soal kerja tanpa henti, tapi soal kerja yang terencana dan efisien. Dengan langkah yang terstruktur dan realistis, menjaga kualitas di tengah deadline ketat tetap bisa dilakukan tanpa kehilangan arah.

Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!


Pentingnya Riset Mendalam untuk Membuat Konten Berkualitas

Pentingnya riset sering disepelekan saat menulis konten, apalagi oleh penulis pemula yang baru mulai terjun. Padahal, riset itu bukan cuma soal mengumpulkan data, tapi tentang memahami topik secara utuh sebelum mulai merangkai kalimat.

Tanpa riset yang cukup, tulisan gampang melenceng, dangkal, atau malah salah arah. Hasilnya bisa bikin pembaca kecewa atau ragu. 

Makanya, langkah awal sebelum nulis seharusnya bukan langsung buka Words dan mengetik saja, tapi gali informasi sedalam mungkin dulu.

Apa Pentingnya Riset sebelum Menulis?

Pentingnya Riset Mendalam untuk Membuat Konten Berkualitas

Pentingnya riset sebelum menulis bukan cuma teori yang sering diulang-ulang. Ini adalah langkah dasar yang menentukan kualitas akhir sebuah tulisan. Dengan riset yang tepat, penulis bisa menyusun konten yang bukan hanya informatif, tapi juga relevan dan meyakinkan. 

Supaya lebih jelas, berikut beberapa alasan kuat mengapa riset perlu dilakukan sejak awal sebelum mulai menulis.

1. Meningkatkan Akurasi Informasi

Salah satu kesalahan umum penulis pemula adalah menulis berdasarkan ingatan atau asumsi pribadi. Padahal, informasi akan terus berkembang. Fakta yang valid tahun lalu bisa saja sudah usang hari ini. Jangankan hitungan tahun, dalam beberapa jam, sebuah fakta bisa saja berubah.

Tanpa riset, konten rawan menyebarkan info yang salah. Misalnya, saat menulis soal investasi, banyak istilah teknis yang harus dijelaskan dengan benar. Salah kutip angka atau salah jelaskan istilah bisa bikin pembaca salah paham, bahkan rugi.

Riset bantu penulis mengecek informasi langsung dari sumber asli—seperti situs resmi, jurnal, laporan lembaga, atau berita tepercaya. Tujuannya bukan cuma biar tulisan lengkap, tapi juga aman dan bisa dipertanggungjawabkan. Kalau tulisanmu dipercaya, pembaca akan balik lagi.

Baca juga: Cara Menentukan Topik yang Relevan dan Menarik untuk Konten

2. Memahami Audiens dengan Lebih Baik

Konten yang bagus bukan cuma soal apa yang ditulis, tapi untuk siapa ditulis. Penulis sering lupa menyesuaikan gaya dan isi tulisan dengan karakter pembacanya. Di sinilah riset audiens jadi penting. 

Misalnya mau nulis tentang tip menabung. Kalau targetnya mahasiswa, pendekatannya akan beda dibanding jika targetnya karyawan usia 30-an.

Riset audiens bisa dilakukan lewat baca komen di artikel serupa, lihat postingan populer di media sosial, atau cek pertanyaan yang sering muncul di forum seperti Quora atau Reddit. Dari situ, penulis bisa tahu gaya bahasa apa yang cocok, seberapa dalam penjelasan yang dibutuhkan, dan masalah apa yang paling sering mereka hadapi. 

Dengan begitu, penulis akan lebih mudah membuat konten yang lebih mengena dan nggak terasa kaku atau terlalu umum.

3. Membangun Kredibilitas Tulisan

Orang akan lebih percaya pada tulisan yang punya dasar. Kalau kamu menulis pakai opini pribadi tanpa dukungan data, pembaca bisa anggap itu cuma pendapat sepihak. 

Tapi kalau kamu menyisipkan fakta dari sumber yang valid—misalnya jurnal ilmiah, laporan riset, atau pakar di bidang tersebut—tulisanmu akan lebih berbobot. Misalnya, saat menulis tentang perubahan iklim, kutipan dari IPCC (lembaga PBB untuk iklim) jauh lebih kuat dibanding kutipan dari blog biasa. 

Menyebut sumber juga menunjukkan kamu menghargai kerja orang lain dan tidak asal klaim. Ini penting, apalagi kalau kamu ingin tulisanmu masuk ke media besar, atau dipakai untuk keperluan profesional.

4. Menghindari Plagiarisme dan Duplikasi

Plagiarisme bukan cuma soal menyalin bulat-bulat, tapi juga bisa terjadi saat menulis terlalu mirip dari satu sumber. Penulis pemula kadang tak sadar sudah terlalu meniru struktur atau gaya dari artikel yang dibacanya. 

Nah, dengan riset dari banyak sumber, kamu bisa mengombinasikan ide dan menyusun ulang informasi jadi versi kamu sendiri.

Misalnya kamu baca lima artikel tentang topik yang sama. Setiap artikel mungkin punya sudut pandang yang berbeda. Dari sana, kamu bisa melihat celah yang belum dibahas atau justru menggabungkan beberapa poin menjadi insight baru.

Hasilnya akan jauh lebih original dan punya nilai tambah dibanding menulis ulang dari satu artikel saja.

5. Menemukan Angle atau Topik yang Unik

Saat menulis tentang topik yang sudah umum, tantangan utamanya adalah membuat tulisanmu tetap menarik dan standout di antara ratusan—bahkan ribuan artikel bertopik serupa lainnya. Di sinilah pentingnya riset mendalam. Riset bukan cuma soal “apa yang sudah ditulis orang lain”, tapi juga tentang “apa yang belum ditulis”.

Contoh: topik “manfaat meditasi” sudah sangat umum. Tapi lewat riset, kamu bisa menemukan pendekatan yang belum banyak diangkat, seperti “manfaat meditasi untuk pekerja shift malam” atau “meditasi untuk mengurangi overthinking sebelum tidur”. 

Riset bisa dilakukan dengan cek keyword long-tail, membaca jurnal baru, atau memperhatikan pertanyaan unik dari forum diskusi. Sudut pandang seperti ini bikin tulisanmu lebih fresh dan berpeluang lebih tinggi dibaca.

6. Mendukung Strategi SEO

Kalau menulis untuk dipublikasikan online, kamu nggak bisa lepas dari SEO (Search Engine Optimization). Tujuannya sederhana: supaya tulisanmu muncul di hasil pencarian Google. Ini menunjukkan pentingnya riset keyword. Tanpa riset, kamu bisa aja bikin tulisan yang bagus tapi sepi pembaca.

Keyword research membantu kamu tahu apa yang orang cari, seberapa besar volume pencariannya, dan bagaimana tingkat persaingannya. Misalnya, kata kunci “tips menabung” sangat umum dan persaingannya tinggi. Tapi setelah riset, kamu bisa nemu varian seperti “cara menabung gaji UMR” atau “menabung untuk dana darurat” yang lebih spesifik dan relevan.

Tools seperti Google Trends, Ubersuggest, atau Keyword Planner bisa bantu cari keyword ini. Selain itu, kamu juga bisa pelajari struktur artikel yang muncul di halaman pertama Google. Dari situ, kamu bisa sesuaikan struktur dan sudut pandang supaya tulisanmu punya peluang bersaing.

7. Menguatkan Struktur dan Alur Tulisan

Banyak penulis pemula langsung nulis tanpa bikin kerangka dulu. Akibatnya, tulisan jadi loncat-loncat, enggak nyambung antar paragraf, atau malah ngalor-ngidul. 

Riset membantu menyusun struktur yang solid. Dengan banyak data dan informasi yang sudah dikumpulkan sebelumnya, kamu bisa menentukan bagian mana yang jadi pembuka, pendalaman, dan penutup.

Misalnya kamu mau nulis “cara mengatur waktu untuk freelancer”. Setelah riset, kamu mungkin menemukan bahwa masalah terbesar justru bukan pada alat bantu, tapi pada mindset. Maka kamu bisa mulai dari pengantar soal tantangan umum freelancer, lanjut ke alasan pentingnya mindset, baru ke solusi teknis seperti to-do list atau aplikasi pengatur waktu.

Dengan alur seperti ini, pembaca akan merasa diajak jalan bareng dari awal sampai akhir. Enggak bingung dan enggak bosan.

Baca juga: Step by Step Cara Membuat Artikel yang Menarik Untuk Dibaca

Pentingnya riset tak bisa dianggap sepele kalau ingin menghasilkan tulisan yang benar-benar berkualitas. 

Riset jadi fondasi yang menopang isi, struktur, dan kepercayaan pembaca terhadap konten yang disajikan. Makin dalam riset yang dilakukan, makin kuat juga hasil akhirnya. 

Menulis bukan soal cepat selesai, tapi bagaimana caranya bisa memberi nilai lewat informasi yang akurat, relevan, dan punya sudut pandang yang jelas.

Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!

SEO On-Page vs. Off-Page Teknik Digital Marketing yang Harus Dikuasai

Dalam dunia digital marketing, SEO on-page sering disebut sebagai langkah pertama yang harus dikuasai. Tapi ternyata, itu baru separuh dari perjalanan. Masih ada sisi lain yang nggak kalah penting dan justru sering luput dari perhatian—padahal pengaruhnya besar terhadap performa website di hasil pencarian.

Banyak yang masih bingung, mana yang lebih penting: optimasi dari dalam situs atau membangun reputasi dari luar? Jawabannya nggak sesederhana memilih satu sisi. Justru, keduanya saling melengkapi dan punya peran masing-masing. Yuk, kenali dulu dasarnya sebelum mulai menentukan strategi yang pas.

Perbedaan SEO On-Page dan Off-Page yang Perlu Diketahui

SEO On-Page vs. Off-Page Teknik Digital Marketing yang Harus Dikuasai

Biar nggak makin bingung bedain antara SEO on-page dan off-page, coba simak beberapa perbedaan utamanya berikut ini. Penjelasannya simpel dan langsung ke poinnya, jadi gampang dicerna.

1. Fokus Optimasi

SEO on-page lebih banyak bermain di dalam rumah sendiri. Artinya, semua hal yang bisa dilihat atau dirasakan langsung dari website—mulai dari kontennya, struktur halaman, sampai tata letak elemen SEO—itu masuk ranah on-page. Tujuannya supaya mesin pencari bisa lebih mudah memahami isi situs. 

Sementara SEO off-page justru bekerja dari luar. Fokusnya adalah membangun citra dan kekuatan situs dari koneksi eksternal seperti backlink dan promosi. Jadi, walaupun nggak tampak langsung di halaman, efeknya sangat berpengaruh ke peringkat.

Baca juga: 6 Teknik Digital Marketing yang Paling Sering Digunakan

2. Kontrol Penuh

Salah satu kelebihan SEO on-page adalah kontrol penuh ada di tangan pemilik website. Mau ubah judul, perbaiki struktur kalimat, atau tambahkan gambar, semua bisa dilakukan kapan saja. Ini bikin proses optimasi jadi lebih fleksibel. 

Berbeda dengan SEO off-page yang sebagian besar bergantung pada pihak luar. Misalnya, dapat backlink dari situs lain atau dibicarakan di media sosial. Kita cuma bisa berusaha, tapi nggak bisa atur hasilnya langsung.

3. Elemen yang Dioptimasi

Dalam SEO on-page, elemen yang dioptimasi mencakup banyak hal teknis dan konten. Judul artikel harus mengandung kata kunci yang pas. Meta deskripsi perlu menarik dan menjelaskan isi artikel secara singkat. Struktur heading juga penting agar pembaca dan mesin pencari nggak bingung. Ditambah lagi dengan optimasi gambar, penggunaan URL yang rapi, dan kecepatan loading halaman. Semua ini saling melengkapi supaya halaman lebih SEO-friendly.

Sementara SEO off-page lebih menekankan ke hal-hal seperti backlink dari situs lain. Makin banyak dan makin berkualitas backlink-nya, makin bagus performa SEO. Selain itu, faktor lain seperti share di media sosial, review, dan sebutan merek (brand mention) juga ikut dinilai oleh mesin pencari. Jadi meskipun tak tampak di halaman, semuanya ikut bantu dorong peringkat.

4. Tujuan Utama

SEO on-page bertujuan bikin isi website mudah dipahami oleh mesin pencari dan nyaman dibaca manusia. Jadi, fokusnya bukan cuma soal teknis, tapi juga pengalaman pengguna. Konten harus relevan dan menjawab pertanyaan pengunjung. Struktur halaman juga harus rapi agar mudah dijelajahi. 

Sedangkan SEO off-page lebih ke soal membangun kredibilitas. Tujuannya supaya situs dianggap layak dipercaya dan punya otoritas tinggi dibanding situs lain.

5. Dampak terhadap Ranking

Dampak SEO on-page terasa langsung pada kualitas dan relevansi konten. Semakin rapi dan informatif isi halaman, makin besar kemungkinan masuk ke halaman pertama hasil pencarian. Tapi kalau cuma andalkan on-page, hasilnya belum tentu maksimal.

 SEO off-page membantu dorong kepercayaan dan kekuatan domain. Backlink dari situs besar, misalnya, bisa jadi sinyal ke Google kalau situs tersebut layak diberi peringkat tinggi. Kombinasi keduanya jauh lebih efektif daripada mengandalkan salah satu.

Bagaimana Keduanya Saling Melengkapi untuk Hasil yang Optimal?

SEO On-Page vs. Off-Page Teknik Digital Marketing yang Harus Dikuasai


SEO on-page dan off-page sebenarnya saling melengkapi, bukan saling gantiin. Kalau dianalogikan, SEO on-page itu seperti menata isi rumah agar nyaman dan menarik, sedangkan SEO off-page itu seperti membangun reputasi di lingkungan sekitar. Keduanya perlu jalan bareng supaya situs bisa tampil maksimal di mata mesin pencari.

1. Mulai dari Fondasi: Perkuat SEO On-Page Terlebih Dahulu

Sebelum promosi ke luar, isi website harus kuat dulu. Fokus dulu ke konten yang berkualitas, struktur heading yang jelas, penggunaan keyword yang pas, dan pengalaman pengguna yang nyaman. Pastikan loading website cepat, tampilan mobile-friendly, dan semua halaman mudah dijelajahi. SEO off-page nggak akan banyak membantu kalau fondasi situsnya sendiri belum siap.

2. Buat Konten yang Pantas Dibagikan

Konten yang informatif dan relevan lebih mudah mendapat backlink dan share. Jadi, SEO on-page mendukung SEO off-page secara langsung. Misalnya, artikel yang menjawab pertanyaan spesifik dan dilengkapi data aktual cenderung dijadikan referensi oleh situs lain. Ini bisa memicu backlink alami tanpa harus minta.

3. Gunakan Internal Link untuk Perkuat Struktur

Internal link bukan cuma bantu pengunjung pindah antar halaman, tapi juga bantu mesin pencari memahami hubungan antar topik dalam website. Ini adalah bagian dari SEO on-page yang sering dilupakan. Ketika situs mulai mendapat backlink (off-page), link internal bantu mendistribusikan nilai SEO ke halaman lain, jadi tidak hanya satu halaman yang kuat, tapi seluruh struktur situs ikut terdorong.

4. Bangun Kredibilitas Lewat Backlink Berkualitas

Setelah konten siap dan struktur on-page optimal, mulai kerja SEO off-page. Caranya bisa dengan guest post di blog lain, kerja sama dengan media online, ikut diskusi di forum yang relevan, atau promosi lewat media sosial. Tujuannya satu: dapat backlink dari situs tepercaya. Mesin pencari akan lihat ini sebagai sinyal positif bahwa situs punya reputasi baik.

5. Konsisten Bangun Reputasi Brand di Luar Situs

SEO off-page nggak cuma soal backlink. Brand mention tanpa link pun bisa ikut memengaruhi peringkat. Jadi, aktiflah di media sosial, bangun komunitas, dan hadir di berbagai platform. Ini bantu memperkuat eksistensi situs di luar halaman utama, yang akan berdampak positif pada SEO secara keseluruhan.

6. Pantau Kinerja dan Lakukan Penyesuaian

Setelah dua-duanya berjalan, penting untuk evaluasi. Lihat halaman mana yang mulai naik peringkat dan mana yang butuh didorong lagi. Gunakan tools seperti Google Search Console, Google Analytics, atau Ahrefs. Dari situ bisa terlihat, apakah SEO on-page perlu perbaikan lagi, atau strategi off-page-nya yang harus ditingkatkan.

7. Jadikan SEO sebagai Proses Terus-Menerus

SEO bukan kerja sekali jadi. Perlu pemeliharaan terus-menerus. Konten lama perlu di-update, tautan yang rusak harus diperbaiki, dan backlink baru tetap harus dicari. On-page menjaga kualitas dari dalam, off-page menjaga kekuatan dari luar. Keduanya harus terus dipelihara bareng-bareng.

Baca juga: Teknik Digital Marketing untuk Website agar Trafik Meningkat Secara Organik

Seo on-page memang jadi pondasi awal, tapi nggak akan lengkap tanpa didukung strategi off-page yang solid. Keduanya bukan untuk dipilih salah satu, tapi dikerjakan bareng supaya hasilnya maksimal. 

Dengan konten yang rapi di dalam dan reputasi yang kuat di luar, performa website bisa naik pelan tapi pasti. Tinggal konsisten, evaluasi rutin, dan terus belajar menyesuaikan strategi. Dunia digital berubah cepat, jadi penting buat tetap lincah mengikuti arahnya.

Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!

 

Menggunakan AI sebagai Asisten Penulis: Batasan dan Etikanya

Menggunakan AI buat bantu kerjaan menulis sekarang sudah jadi hal yang lumrah. Banyak orang mulai terbiasa pakai teknologi ini untuk cari ide, menyusun outline, atau sekadar merapikan kalimat. Cepat, praktis, dan kelihatannya gampang banget dipakai siapa saja.

Tapi, di balik semua kemudahan itu, ada banyak hal yang sebenarnya perlu dipikirkan dulu sebelum makin jauh bergantung sama AI. 

Pasalnya, menulis itu bukan cuma soal hasil akhir. Ada proses, ada etika, dan tentu saja ada batasan yang nggak bisa sembarangan diterabas begitu saja.

Menggunakan AI untuk Menulis

Menggunakan AI untuk menulis memang bisa bantu banyak hal. Tapi, ada beberapa batasan dan etika penting yang perlu dipahami dulu sebelum makin jauh mengandalkan teknologi ini. Berikut hal-hal yang wajib diperhatikan saat menggunakan AI dalam proses menulis.

1. AI itu Alat, Bukan Pengganti Otak Manusia

AI memang hebat. Bisa bantu banyak hal dalam proses menulis. Mulai dari cari ide, bikin kerangka, sampai merapikan kalimat. Tapi satu hal penting yang nggak boleh dilupakan: AI itu cuma alat. Bukan otak cadangan manusia.

Tulisan yang benar-benar bagus lahir dari cara berpikir penulisnya sendiri. Ada sudut pandang. Ada rasa. Ada pengalaman pribadi yang nggak bisa dicetak otomatis sama mesin. AI nggak pernah merasakan jatuh cinta, patah hati, gagal, atau bahagia karena hal kecil. AI cuma tahu pola.

Itu sebabnya, peran manusia tetap utama. AI boleh bantu, tapi keputusan terakhir tetap di tangan penulis. Mau pakai gaya seperti apa, mau ambil sudut pandang mana, semua itu nggak bisa digenerasi otomatis. Harus lahir dari pikiran dan hati penulis.

Kalau semua serba diserahkan ke AI, jadinya malah seperti tulisan pabrik. Rapi sih. Tapi hambar. Nggak ada napas manusianya sama sekali. Dan itu bukan esensi dari menulis.

Makanya, penting banget buat melihat AI sebagai asisten. Bukan bos. Bukan penentu isi. Dan jelas bukan pengganti kreativitas.

Baca juga: Kesalahan Umum yang Harus Dihindari Penulis Konten Pemula

2. Hindari Copy-Paste Mentah

Fitur copy-paste itu memang gampang banget dipencet. Tapi bukan berarti semua hasil dari AI bisa langsung diambil mentah-mentah. Nggak semua hasil AI cocok buat langsung publish atau dikirim ke klien.

Kadang kalimat dari AI terasa kaku. Kadang terlalu datar. Kadang malah muter-muter nggak to the point. Bahkan ada juga yang bahasanya nggak sesuai sama target pembaca.

Nah, di sini peran manusia nggak bisa diganti. Hasil dari AI itu baru sebatas draf kasar. Ibaratnya masih bahan mentah. Harus diolah lagi. Harus dipilih mana yang layak dipakai, mana yang harus dibuang, mana yang perlu diganti.

Nggak jarang juga AI bikin fakta ngawur atau asal comot informasi. Apalagi kalau dimintai data atau angka. Makanya, hasil dari AI wajib dicek ulang. Wajib diedit biar lebih sesuai sama kebutuhan tulisan.

Proses mengedit ini justru bagian penting dalam kerja menulis. Karena di sinilah sentuhan manusianya terasa. Gaya bahasanya akan lebih cair. Kalimatnya lebih hidup. Dan yang paling penting: lebih relevan dengan pembacanya.

3. Perhatikan Hak Cipta dan Orisinalitas

Salah satu jebakan paling sering waktu pakai AI adalah soal orisinalitas. Banyak yang mikir, "Ah, kan ini hasil AI, aman dong dari plagiarisme." Padahal nggak selalu begitu.

AI belajar dari banyak sekali data di internet. Kadang tanpa sadar, hasilnya malah mirip banget sama tulisan orang lain. Bisa potongan kalimat. Bisa susunan ide. Bahkan ada juga yang hampir plek ketiplek.

Kalau sampai dipakai mentah-mentah, risikonya bahaya. Bisa kena tuduhan plagiat. Bisa rusak reputasi sebagai penulis. Dan yang paling parah, bisa berurusan dengan hukum.

Jadi, selalu penting buat ngecek ulang hasil tulisan AI. Bisa pakai tools cek plagiarisme. Bisa juga dibaca manual pakai feeling. Kalau terasa terlalu umum, terlalu standar, atau malah seperti pernah baca di tempat lain, lebih baik diulik ulang.

Selain itu, usahakan selalu kasih sentuhan pribadi. Tambahkan pengalaman sendiri. Tambahkan sudut pandang unik. Itu salah satu cara paling aman biar tulisan tetap orisinal dan beda dari yang lain.

4. Transparansi Itu Penting

Zaman sekarang, transparansi itu bagian dari etika profesional. Termasuk dalam dunia tulis-menulis. Kalau memang tulisan dibuat dengan bantuan AI, nggak ada salahnya untuk jujur dari awal.

Apalagi kalau kerja sama dengan klien. Lebih baik kasih tahu bahwa proses nulisnya dibantu AI, tapi tetap diedit dan dikembangkan sendiri. Ini justru menunjukkan kalau proses kerjanya fair dan terbuka.

Sebaliknya, kalau menutup-nutupi, nanti malah bisa jadi bumerang. Misalnya, klien tahu belakangan bahwa tulisannya hasil AI mentah. Padahal sudah bayar mahal dan berharap orisinalitas penuh.

Transparansi juga berlaku kalau bikin konten di platform publik. Misalnya di blog, media sosial, atau proyek profesional. Bisa kasih disclaimer kecil di akhir tulisan. Simpel saja, seperti, "Tulisan ini dibuat dengan bantuan AI dan melalui proses editing manual."

Ini bukan soal gengsi atau malu. Tapi soal tanggung jawab etika sebagai penulis. Karena jujur itu jauh lebih dihargai daripada kelihatan serba sempurna tapi penuh tipu-tipu.

5. AI Bukan Jawaban untuk Semua Jenis Tulisan

Memang ada banyak jenis tulisan yang bisa dibantu AI. Tapi nggak semua jenis tulisan cocok dibuat dengan AI. Ada tipe-tipe tulisan yang butuh rasa. Butuh pengalaman nyata. Butuh sudut pandang personal.

Misalnya tulisan opini. Cerita pengalaman. Storytelling. Atau tulisan yang isinya sangat spesifik dan dekat sama kehidupan pribadi. AI bisa bantu kerangka atau outline-nya. Tapi isi dalamnya tetap lebih enak kalau datang dari pengalaman langsung.

Karena kalau semuanya diserahkan ke AI, hasilnya bisa terasa kosong. Nggak ada emosi. Nggak ada cerita unik. Nggak ada momen-momen kecil yang cuma bisa didapat kalau memang pernah mengalami sendiri.

AI memang canggih. Tapi masih jauh dari bisa mengerti perasaan manusia. Dan itu nggak bisa dipaksakan. Jadi, jangan sampai tergoda buat semua jenis tulisan diserahkan ke AI. Tetap pilih-pilih. Mana yang bisa dibantu AI, mana yang lebih enak dikerjain full manual.

6. Tetap Asah Skill Menulis Manual

Ini bagian yang paling sering dilupakan orang. Karena merasa ada AI, jadi males nulis manual. Semua dilempar ke mesin. Semua minta auto jadi.

Padahal skill nulis manual itu aset penting. Kalau nggak pernah dilatih, lama-lama bakal tumpul. Lama-lama bakal kaku sendiri kalau diminta menulis tanpa bantuan AI.

Skill ini juga yang jadi pembeda antara penulis yang benar-benar andal sama penulis instan. Karena kemampuan mengolah kata, bikin narasi, atau menyusun kalimat yang enak dibaca itu nggak bisa lahir dalam semalam.

Makanya, meskipun AI ada, jangan lupa tetap sering latihan menulis manual. Bisa lewat journaling. Bisa lewat nulis bebas. Bisa juga lewat revisi tulisan AI biar lebih manusiawi.

Anggap saja AI itu seperti kalkulator. Memang bantu menghitung. Tapi dasar berhitung tetap harus bisa. Karena ujung-ujungnya, skill manusialah yang bikin tulisan jadi punya nyawa.

Baca juga: Mengapa Anda Butuh Penulis Artikel untuk Membantu Bisnis Anda? Berikut 6 Alasannya!

Menggunakan AI untuk menulis memang sah-sah saja, selama tahu cara pakainya dengan bijak. 

Teknologi ini bisa jadi alat bantu yang praktis, tapi tetap ada batasan yang nggak boleh dilanggar. Jangan sampai malah bikin lupa sama peran penting kreativitas dan sentuhan manusia dalam sebuah tulisan. 

Karena pada akhirnya, tulisan yang paling kuat dan berkesan tetap lahir dari ide, pengalaman, dan cara pandang asli penulisnya sendiri.

 Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!

10 Teknik Digital Marketing untuk Meningkatkan Penjualan

Di era serba online kayak sekarang, bisnis nggak cukup cuma punya produk bagus. Saingan banyak, pilihan makin luas, dan pelanggan makin pintar. Supaya tetap dilirik, butuh strategi yang nggak cuma kreatif, tapi juga tepat sasaran. Di sinilah teknik digital marketing mulai ambil peran penting. Bukan cuma buat tampil eksis, tapi juga buat bantu menaikkan penjualan secara nyata.

Semua aktivitas promosi sekarang udah bergeser ke dunia digital. Mulai dari cari info sampai beli produk, hampir semua dilakukan lewat layar. Makanya, bisnis yang bisa adaptasi dan memanfaatkan peluang digital bakal punya keunggulan lebih. 

Tapi, cara mainnya juga nggak bisa sembarangan. Perlu pemahaman yang pas biar hasilnya maksimal dan nggak buang waktu atau biaya.

10 Teknik Digital Marketing untuk Menjual Lebih Banyak

10 Teknik Digital Marketing untuk Meningkatkan Penjualan

Supaya strategi yang dijalankan nggak cuma ramai di awal tapi juga beneran memberikan hasil, penting buat paham cara kerja masing-masing teknik digital marketing. Berikut beberapa cara yang bisa bantu meningkatkan penjualan kalau diterapkan dengan tepat.

1. SEO (Search Engine Optimization)

SEO itu cara biar website muncul di hasil pencarian Google. Jadi, waktu orang cari produk yang dijual, mereka bisa menemukan website kita lebih dulu. 

Caranya bisa dari pakai kata kunci yang tepat, optimasi halaman produk, sampai kecepatan loading website. SEO butuh waktu, tapi hasilnya jangka panjang. Semakin tinggi posisi di Google, makin besar peluang orang klik dan beli. Cocok banget buat yang pengin dapet traffic gratis terus-menerus.

Baca juga: Teknik Digital Marketing untuk Website agar Trafik Meningkat Secara Organik

2. SEM (Search Engine Marketing)

Kalau SEO itu organik, SEM lebih ke iklan berbayar. Contohnya Google Ads. Kita bisa pasang iklan yang muncul di hasil pencarian Google dengan target kata kunci tertentu. Ini cocok kalau butuh hasil cepat, misalnya lagi ada promo atau launching produk. 

Tapi karena berbayar, harus pintar atur bujet dan bikin copy iklan yang menarik. Supaya uang yang keluar bisa balik lewat penjualan.

3. Content Marketing

Intinya bikin konten yang bikin orang betah dan tertarik. Bisa dalam bentuk artikel blog, video, podcast, atau infografis. Tujuannya bukan langsung jualan, tapi kasih nilai tambah. 

Misalnya, jual skincare tapi bikin konten soal tips perawatan wajah. Kalau orang merasa terbantu, mereka bakal inget brand kita. Dan waktu butuh produk, mereka bisa langsung beli ke kita.

4. Email Marketing

Banyak yang mengira email itu sudah ketinggalan zaman, alias jadul. Padahal masih ampuh banget buat jualan. Lewat email, kita bisa kirim info promo, tip, atau update produk langsung ke inbox calon pembeli. 

Tapi jangan asal kirim, harus pakai strategi. Mulai dari bikin list email yang tepat, bikin judul menarik, sampai isi yang relevan dan personal. Kalau dilakukan dengan konsisten, email bisa jadi alat bangun loyalitas pelanggan.

5. Social Media Marketing

Platform kayak Instagram, TikTok, dan Facebook bukan cuma buat hiburan, tapi juga lahan jualan. Kita bisa bangun brand lewat konten yang relate dan menarik. Mulai dari posting foto produk, bikin reels, sampai live bareng followers. 

Interaksi juga penting. Balas komentar, jawab DM, dan ajak ngobrol audiens. Semakin aktif dan konsisten, makin besar peluang jualan kita naik.

6. Influencer Marketing

Kerja sama bareng influencer bisa bantu brand dikenal lebih luas. Tapi nggak harus yang followers-nya jutaan. Influencer kecil tapi punya audiens loyal justru kadang lebih efektif. Yang penting, pilih yang sesuai dengan produknya. 

Mereka bisa bantu review, bikin konten, atau sekadar mention brand. Karena audiens sudah percaya pada mereka, produk pun jadi lebih gampang dipercaya juga.

7. Affiliate Marketing

Sistemnya kayak bagi hasil. Produsen memberikan komisi ke orang yang bantu jualin produk lewat link atau kode referral. Jadi, mereka punya motivasi buat mempromosikan produknya juga. 

Cara ini minim risiko karena kita hanya perlu bayar kalau ada penjualan. Banyak brand besar pakai strategi ini buat meningkatkan jangkauannya. Kalau dikelola dengan baik, bisa bantu naikin omzet tanpa keluar banyak biaya di awal.

8. Retargeting Ads

Kadang orang sudah mampir ke website tapi nggak langsung beli. Nah, retargeting itu “mengejar” mereka lagi lewat iklan yang muncul di media sosial atau website lain. Tujuannya biar mereka ingat dan balik lagi. 

Misalnya, mereka liat sepatu tapi belum beli, nanti iklannya bakal muncul terus. Ini efektif karena targetnya sudah tertarik dari awal. Peluang closing jadi lebih besar dibanding yang belum kenal sama sekali.

9. Conversion Rate Optimization (CRO)

CRO itu upaya biar pengunjung website lebih gampang buat beli. Misalnya, tombol beli yang jelas, halaman simpel, dan proses checkout yang nggak ribet. 

Kadang orang batal beli cuma karena tampilan web-nya bikin bingung. Padahal produk dan harganya oke. Jadi, coba kecilkan hambatan teknis atau visual yang bikin orang batal transaksi. Semakin nyaman mereka belanja, makin tinggi konversinya.

10. Marketing Automation

Ini cocok buat yang pengin hemat waktu tapi tetap bisa maksimalkan pemasaran. Contohnya, kirim email otomatis buat welcome message, reminder keranjang belanja, atau ucapan ulang tahun. 

Semua bisa diatur pakai tools kayak Mailchimp atau Hubspot. Jadi, kita bisa fokus ke hal lain sambil pemasaran tetap jalan. Hemat tenaga, tapi tetap bisa jaga hubungan dengan pelanggan.

Baca juga: Digital Marketing: Pengertian, Pentingnya, dan Jenis-Jenis yang Perlu Diketahui

Ngobrol soal teknik digital marketing memang nggak ada habisnya, tapi sepuluh poin tadi udah cukup buat jadi bekal awal yang kuat. 

Nggak harus langsung diterapkan semua sekaligus. Cukup pilih yang paling cocok sama kondisi bisnis dulu, lalu kembangkan pelan-pelan. 

Setiap teknik punya kekuatan masing-masing, tinggal gimana cara mengolahnya biar hasilnya maksimal. Yang penting, tetap konsisten, terus belajar, dan siap adaptasi sama perubahan. Karena di dunia digital, yang cepat dan tepat biasanya yang menang.

Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!

Jenis-Jenis Job Penulis Online yang Bisa Dicoba Pemula

Dunia penulisan online itu luas banget, nggak cuma soal nulis artikel doang. Ada banyak jenis job penulis online yang sekarang makin dibutuhkan, apalagi di era serba digital kayak sekarang. 

Menariknya lagi, banyak di antaranya yang bisa banget dicoba meski baru mulai belajar menulis.

15 Jenis Job Penulis Online untuk Pemula

Jenis-Jenis Job Penulis Online yang Bisa Dicoba Pemula

Selama mau terus belajar dan nggak takut coba hal baru, peluang untuk penulis online itu terbuka lebar. Setiap job juga punya tantangan dan karakter masing-masing. 

Nah, biar nggak bingung mau mulai dari mana, berikut beberapa jenis job penulis online yang bisa jadi langkah awal buat cari pengalaman — sekaligus cari cuan.

1. Penulis Artikel Website

Job ini paling umum dan banyak dicari. Tugasnya menulis artikel untuk website bisnis, blog, atau media online. Topiknya bisa beragam, mulai dari lifestyle, kesehatan, teknologi, sampai keuangan. Biasanya butuh riset sederhana biar tulisannya informatif. Cocok banget buat pemula karena banyak lowongan dan fee-nya lumayan untuk latihan.

2. Penulis Blog Pribadi

Menulis blog pribadi bisa jadi awal latihan sebelum ambil job klien. Bisa bebas pilih tema, gaya bahasa, dan cara bercerita. Selain buat portfolio, blog juga bisa jadi ladang cuan kalau trafiknya tinggi. Misalnya lewat adsense, content placement, atau endorse. Cocok buat yang mau belajar konsisten nulis dan bangun personal branding.

3. Penulis Copywriting Iklan

Job ini butuh skill nulis singkat tapi ngena. Biasanya dipakai untuk keperluan iklan online, seperti Facebook Ads, Google Ads, atau brosur digital. Tantangannya ada di merangkai kata yang bisa bikin orang tertarik dalam waktu singkat. Cocok buat yang suka main kata-kata kreatif. Fee-nya juga lebih tinggi dibanding artikel biasa.

4. Penulis Konten Media Sosial

Job ini tugasnya bikin caption dan konten untuk akun Instagram, TikTok, atau Twitter brand. Gayanya lebih santai, kadang lucu, dan harus sesuai karakter brand. Biasanya dituntut update tren biar kontennya nggak ketinggalan zaman. Cocok buat yang aktif di medsos dan suka nulis pendek-pendek. Banyak UMKM dan brand butuh jasa ini.

5. Penulis Konten SEO

Tugasnya mirip penulis artikel, tapi lebih fokus pada teknik SEO. Jadi harus paham penempatan kata kunci, struktur tulisan, dan teknik optimasi. Biasanya dituntut bikin artikel panjang dan mendalam. Cocok buat yang telaten riset dan suka nulis informatif. Skill ini banyak dicari karena penting buat website bisnis.

6. Penulis Script Video atau Podcast

Job ini butuh skill storytelling yang kuat. Tugasnya bikin naskah untuk video YouTube, TikTok, Reels, atau podcast. Gaya tulisannya harus enak didengar, nggak kaku, dan mengalir. Cocok buat yang suka mengobrol dan paham ritme pembicaraan. Fee-nya juga lumayan karena butuh kreativitas tinggi.

7. Penulis Deskripsi Produk

Kerjaannya bikin deskripsi singkat untuk produk di marketplace atau website brand. Tulisannya harus jelas, menarik, dan meyakinkan calon pembeli. Biasanya dibutuhkan di toko online atau brand UMKM. Cocok buat pemula karena nggak terlalu ribet. Tapi tetap butuh kejelian dalam merangkai kata.

8. Penulis Newsletter atau Email Marketing

Job ini fokus bikin email yang dikirim rutin ke pelanggan. Gaya tulisannya lebih personal, kadang santai, tapi tetap persuasif. Harus bisa bikin orang mau klik atau baca sampai habis. Cocok buat yang suka menulis dengan sentuhan storytelling. Banyak brand mulai aktif pakai email marketing, jadi peluangnya terbuka.

9. Ghostwriter (Penulis Bayangan)

Kerjaannya nulis untuk orang lain tapi nggak pakai nama sendiri. Biasanya dipakai untuk bikin buku, artikel, atau konten personal branding. Cocok buat yang nggak masalah nggak dapat credit name, tapi fee-nya lebih mahal. Perlu skill riset dan adaptasi gaya bahasa. Banyak dipakai oleh public figure atau pengusaha.

10. Penulis Caption Instagram atau Sosial Media

Mirip penulis konten media sosial, tapi fokus di bikin caption aja. Harus singkat, lucu, catchy, atau relatable. Biasanya dibutuhkan untuk akun bisnis, selebgram, atau influencer. Cocok buat pemula yang mau latihan main kata. Fee-nya per caption atau per paket posting.

11. Penulis e-Book

Job ini cocok buat yang suka nulis panjang dan detail. Bisa nulis atas nama sendiri atau klien. Topiknya bebas, dari tips praktis, tutorial, sampai cerita fiksi. Biasanya dibutuhkan untuk kebutuhan marketing atau dijual langsung. Fee-nya besar karena effort-nya juga besar.

12. Penulis Review Produk atau Jasa

Tugasnya bikin ulasan produk atau jasa tertentu. Bisa untuk blog, marketplace, atau media online. Harus objektif, jujur, dan mudah dipahami pembaca. Cocok buat yang suka coba-coba produk atau punya opini tajam. Job ini sering dicari brand atau agensi marketing.

13. Penulis Konten Branding Personal

Job ini fokus bantu orang bikin konten biar makin dikenal. Bisa untuk Instagram, LinkedIn, blog, atau Twitter. Harus paham karakter orang yang dibantu dan gaya komunikasinya. Cocok buat yang suka riset dan adaptasi gaya tulisan. Banyak dipakai oleh pebisnis, coach, atau freelancer.

14. Penulis Konten Website Company Profile

Job ini tugasnya bikin konten untuk website perusahaan. Biasanya berupa profil perusahaan, visi-misi, atau deskripsi layanan. Gaya tulisannya harus formal tapi tetap enak dibaca. Cocok buat pemula yang mau belajar nulis korporat. Fee-nya juga lumayan untuk ukuran pemula.

15. Penulis Cerita Fiksi atau Cerpen Berbayar

Job ini cocok buat yang suka bikin cerita. Banyak platform atau penerbit online yang butuh cerita fiksi pendek. Bisa juga dijual sendiri lewat platform digital. Cocok untuk menyalurkan hobi sekaligus cari cuan. Tantangannya ada di ide cerita yang fresh dan gaya bahasa yang menarik.

Dari semua jenis job penulis online di atas, nggak ada yang paling benar atau paling ideal buat semua orang. Semuanya balik lagi ke gaya menulis, minat, dan skill masing-masing. Ada yang nyaman menulis panjang lebar, ada juga yang justru lebih suka main kata singkat tapi ngena.

Yang penting, nggak perlu nunggu jago dulu buat mulai. Justru dengan coba-coba berbagai job tadi, skill menulis bisa makin terasah secara alami. Siapa tahu, dari iseng nulis online, malah jadi jalan karier baru yang nggak pernah kepikiran sebelumnya.

 Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!


Mengapa Infografis lebih Efektif untuk Menyampaikan Informasi?

Infografis jadi salah satu cara yang makin sering dipakai buat menyampaikan informasi ke banyak orang. Bukan cuma karena tampilannya menarik, tapi juga karena cocok banget buat zaman sekarang yang serba cepat dan orang nggak punya banyak waktu buat baca panjang-panjang.

Banyak orang sekarang lebih suka lihat yang visual daripada baca paragraf. Apalagi kalau informasinya padat atau berisi data. Rasanya jauh lebih enak kalau langsung disuguhkan dalam bentuk yang mudah dilihat dan dimengerti.

Alasan Infografis Bisa Efektif untuk Menyampaikan Informasi

Mengapa Infografis lebih Efektif untuk Menyampaikan Informasi?

Supaya lebih kebayang kenapa infografis bisa jadi pilihan yang efektif, ada beberapa alasan simpel yang bikin cara ini makin banyak dipakai. Yuk, simak penjelasannya satu per satu.

1. Menarik Perhatian

Orang cenderung lebih tertarik sama hal-hal yang visual. Warna, ikon, dan gambar bisa langsung bikin mata melirik. Kalau dibandingkan dengan tulisan panjang, infografis jauh lebih cepat membuat orang berhenti scroll dan mulai lihat isinya. Apalagi kalau desainnya rapi dan warnanya pas, makin enak dilihat dan bikin penasaran.

Baca juga: Step By Step Membuat Infografis yang Informatif untuk Keperluan Bisnis

2. Menyederhanakan Data Rumit

Angka-angka, grafik, atau info teknis kadang bisa membuat bingung kalau cuma ditulis. Nah, infografis bisa bantu meringkas semuanya itu agar jadi lebih gampang dipahami. 

Misalnya, statistik yang biasanya ribet bisa disulap jadi diagram lingkaran atau batang yang langsung menunjukkan perbandingannya. Jadi, orang bisa langsung menangkap maksudnya tanpa harus mikir keras.

3. Mempercepat Pemahaman

Otak manusia itu lebih cepat memproses gambar dibanding teks. Jadi, ketika lihat infografis, informasi langsung sampai ke otak. Tak perlu baca satu-satu, cukup lihat sekilas, sudah langsung bisa paham inti pesannya. 

Hal ini membantu banget kalau waktunya mepet atau ada info yang hendak disampaikan ke banyak orang dalam waktu singkat.

4. Meningkatkan Daya Ingat

Informasi yang dikemas dengan visual biasanya lebih gampang diingat. Misalnya, lihat gambar orang naik tangga sambil pegang uang, langsung teringat soal pertumbuhan finansial. 

Simbol-simbol seperti ini bisa bantu otak untuk menyimpan informasi lebih lama. Jadi, pesan yang disampaikan tak cuma masuk telinga kanan keluar kiri.

5. Mudah Dibagikan

Infografis itu fleksibel. Bisa dipasang di media sosial, masuk ke slide presentasi, atau bahkan dicetak buat ditempel di papan pengumuman. Karena bentuknya visual, orang juga lebih senang membagikannya ke orang lain yang sekiranya butuh. Jadi, pesan yang mau disebarkan bisa menjangkau lebih luas dan lebih cepat.

6. Menghemat Waktu

Bayangkan kalau kita harus baca tiga paragraf agar bisa paham satu informasi. Bandingkan dengan infografis yang bisa menyampaikan hal sama dalam satu gambar. Jelas lebih hemat waktu. Apalagi buat yang suka buru-buru atau tak punya banyak waktu baca, infografis jadi solusi paling praktis buat menyerap info penting.

Hal yang Perlu Diperhatikan agar Infografis Efektif

Mengapa Infografis lebih Efektif untuk Menyampaikan Informasi?

Biar infografis benar-benar ngena dan tak cuma enak dilihat saja, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan waktu bikin. Hal-hal ini bisa bantu infografis jadi lebih jelas, gampang dipahami, dan tepat sasaran.

1. Pahami Dulu Inti Pesannya

Sebelum mulai desain, harus tahu dulu info apa yang mau disampaikan. Jangan asal tempel data. Pilih poin yang paling penting dan buang yang tak perlu. Infografis yang bagus itu harus fokus, tak bikin bingung.

2. Gunakan Data yang Akurat

Informasi yang disajikan harus bisa dipertanggungjawabkan. Kalau pakai angka atau fakta, pastikan sumbernya jelas dan valid. Salah data sedikit saja bisa bikin infografis jadi menyesatkan.

3. Pilih Desain yang Simpel tapi Menarik

Tampilan visual itu penting, tapi jangan berlebihan. Warna terlalu banyak atau ikon yang terlalu ramai justru bikin mata capek. Gunakan warna yang kontras biar gampang dibaca, tapi tetap kalem dan enak dilihat.

4. Gunakan Hierarki Visual

Atur elemen dari yang paling penting ke yang pendukung. Ukuran teks, posisi, atau warna bisa bantu menunjukkan mana informasi utama. Jadi orang bisa langsung tahu harus mulai baca dari mana.

5. Jangan Kebanyakan Teks

Infografis bukan tempat buat menulis paragraf panjang. Pakai kalimat pendek, poin-poin, atau angka yang jelas. Kalau bisa disingkat, singkat saja. Tujuannya biar orang bisa menangkap isi pesan dalam beberapa detik.

6. Gunakan Ikon dan Ilustrasi yang Relevan

Gambar itu harus bantu menjelaskan, bukan sekadar buat hiasan. Pilih ikon atau ilustrasi yang sesuai dengan kontennya. Misalnya, kalau ngobrol soal cuaca, pakai gambar matahari atau awan. Jangan malah pakai ilustrasi bunga cuma karena lucu.

7. Pastikan Bisa Dibaca di Berbagai Ukuran

Kadang infografis dilihat lewat HP, kadang lewat layar gede. Pastikan semua teks dan elemen tetap terbaca di ukuran kecil sekalipun. Gunakan font yang jelas dan ukuran huruf yang cukup besar.

8. Tambahkan Sumber atau Logo jika Perlu

Kalau infografis dibuat untuk kebutuhan resmi atau edukasi, cantumkan sumber datanya. Kalau buat branding, jangan lupa masukkan logo agar orang tahu siapa pembuatnya.

Baca juga: 10 Alasan Mengapa Desain Grafis Penting untuk Mengembangkan Usaha Kecil

Infografis bukan cuma soal desain yang keren, tapi juga soal bagaimana caranya membuat informasi lebih gampang dicerna. 

Di tengah banjirnya data dan konten setiap hari, cara penyampaian yang tepat bisa bikin pesan lebih cepat sampai ke sasaran. Selama dibuat dengan jelas, fokus, dan tetap relevan, infografis bisa jadi alat komunikasi yang powerful banget buat berbagai kebutuhan.

Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!

 

Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

PenulisKonten.id
Menyediakan Konten untuk 
Keperluan Marketing, Branding, 
Bisnis, dan Penjualan

SUBSCRIBE & FOLLOW

TERBARU!

Menulis Headline yang Menarik: Rahasia Copywriting yang Efektif

Pernah scroll media sosial atau baca artikel, lalu langsung tertarik cuma gara-gara judulnya? Nah, itu kekuatan dari headline yang ditulis d...

POPULAR POSTS

  • 9 Tip Menyusun Strategi Pemasaran Produk untuk Toko Online Pemula di Instagram
  • 6 Ide Konten Website Bisnis yang Bisa Anda Coba Sekarang Juga!
  • 9 Ide Konten untuk Instagram Bisnis Agar Menarik Followers Anda!
  • Yuk, Belajar 11 Teknik Copywriting untuk Deskripsi Produk yang Menarik dan Menjual!
  • Strategi Penggunaan Hashtag di Media Sosial yang Paling Jitu

Categories

  • Bisnis 20
  • Branding 9
  • Digital Marketing 72
  • Social Media Marketing 21
  • Strategi Konten 27

Testimoni

Gue minta bantuan PenulisKonten.id untuk konten website, musti ada penyesuaian di awal agar sesuai dengan target pembaca. Tapi seiring berjalannya waktu, makin membaik. Ga terasa uda lebih dari setahun kerjasama.

Good job!

- Andhika Diskartes
Financial planner, pemilik website diskartes.com dan valuemagz.id

---

PenulisKonten.id selalu konsisten memberikan pekerjaan terbaik dengan hasil yang terukur jelas dan kemajuan yang selalu menggembirakan. Komunikasi yang cepat dan terbuka adalah poin kuat lain dari mereka.

- Dani Rachmat
Bloger Keuangan, pemilik akun Instagram @danirachmat



---
PenulisKonten.id memberikan banyak insight buat kami yang baru pertama kali memanfaatkan media sosial dalam melakukan promosi. Mereka juga sangat profesional karena selalu mengkomunikasikan konten yang akan diposting dan menerbitkan laporan setiap bulannya. Sukses PenulisKonten.id.

- Agnes Utari
Kaprodi Magister Akuntansi Universitas Widya Mandala Surabaya

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Paling Ramai

  • Cara Riset Tren untuk Menemukan Topik yang Sedang Populer
  • Menulis Buku Nonfiksi Tanpa Latar Belakang Penulis, Apa Bisa?
  • Strategi Konten: Menjaga Konsistensi Produksi di Tengah Deadline Ketat

Arsip

Hubungi Kami!

Email: penuliskontenid@yahoo.com
Kirim pesan WhatsApp Business

Copyright © Penulis Konten. Designed by OddThemes